Your Trusted Partner

Hati-hati, Emas Bakal Ngegas! Analis Ungkap Tiga Pemicu Kenaikan Dramatis Hingga US$ 3.850

Posted by : TOKO ZOOM / On : Senin,29 September 2025 / Comments : 0 / Views : 6

Harga emas dunia diproyeksikan akan melanjutkan tren penguatan di pekan mendatang, setelah menutup perdagangan Jumat (27/9) pada level US$ 3.761,15 per troy ounce. Logam mulia ini diramal berpotensi naik hingga mencapai US$ 3.814,40.

Pengamat Ekonomi Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, bahkan sangat optimistis. Ia memprediksi bahwa dalam jangka waktu yang lebih panjang, harga emas dunia mampu mencapai US$ 3.850 per troy ounce, dengan logam mulia di Indonesia menembus Rp 2.300.000 per gram pada semester kedua 2025.

Untuk perdagangan hari Senin (29/9), Ibrahim memperkirakan harga emas akan bergerak di kisaran support US$ 3.720,12 hingga resistance US$ 3.787,65.

Tiga Faktor Utama Pendorong Kenaikan Harga Emas

Menurut Ibrahim Assuaibi, lonjakan harga emas dunia ini didorong oleh kombinasi tiga faktor utama: data ekonomi Amerika Serikat (AS), tensi perang dagang, dan konflik geopolitik.

1. Data Ekonomi AS dan Kebijakan The Fed

Fokus utama pasar ada pada data ekonomi AS, khususnya laporan Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan Agustus, yang merupakan ukuran inflasi favorit Federal Reserve (The Fed).

  • Inflasi Terkendali: Laporan menunjukkan inflasi bergerak sesuai harapan, dengan kenaikan harga 0,3% dari bulan sebelumnya dan 2,7% secara tahunan, yang sesuai dengan perkiraan konsensus.

  • Belanja Konsumen Kuat: Data pendapatan pribadi dan belanja konsumen juga tercatat tumbuh di atas ekspektasi, menunjukkan konsumsi masih kuat.

  • Dilema Suku Bunga: Pejabat The Fed saat ini berada dalam dilema untuk menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan dukungan terhadap lapangan kerja. Hal ini memunculkan perbedaan pandangan terkait pemangkasan suku bunga.

    • Sikap Dovish: Gubernur Fed Stephen Miran dan Michelle Bowman bersikap dovish (pro-pelonggaran kebijakan), menganjurkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut karena kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja yang rapuh.

    • Sikap Hawkish: Sebaliknya, Jeffrey Schmid dari Fed Kansas City dan Austan Goolsbee dari Fed Chicago bersikap hawkish (pro-pengetatan/anti-pelonggaran). Schmid menilai penurunan suku bunga pada pertemuan bulan ini adalah langkah tepat, sementara Goolsbee mengkhawatirkan risiko inflasi yang terus meningkat.

Meskipun terjadi selisih pandang, Ibrahim menyebut pasar terus mengantisipasi adanya penurunan suku bunga lagi pada bulan Oktober, yang secara tradisional cenderung mendorong kenaikan harga emas.

2. Tensi Perang Dagang Baru AS

Faktor kedua adalah tensi perang dagang menyusul kebijakan tarif impor baru dari AS yang berlaku mulai 1 Oktober mendatang. Kebijakan ini dianggap sebagai lanjutan dari perang dagang yang digencarkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Dalam pengumuman resmi, Trump memberlakukan tarif impor baru untuk sejumlah produk asing yang masuk AS, mencakup produk farmasi, truk besar, hingga perlengkapan renovasi rumah dan furnitur. Ketidakpastian akibat perang dagang ini biasanya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven.

3. Konflik Geopolitik di Eropa Timur

Terakhir, konflik geopolitik di Eropa Timur juga turut memicu kenaikan harga emas. Serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia telah memangkas ekspor bahan bakar Rusia.

  • Pasokan Energi Terganggu: Akibat serangan tersebut, Rusia mengalami penurunan kapasitas penyulingan, yang menyebabkan kurangnya stok bahan bakar di beberapa wilayah dan memaksa Rusia memberlakukan larangan sebagian ekspor solar hingga akhir tahun.

  • Ketegangan NATO-Rusia: Peringatan NATO mengenai respons terhadap pelanggaran wilayah udara lebih lanjut di negara-negara anggotanya telah meningkatkan ketegangan akibat perang di Ukraina. Situasi ini juga meningkatkan prospek sanksi tambahan terhadap industri minyak Rusia.

Ketidakstabilan geopolitik yang melibatkan produsen energi utama ini secara historis selalu mendorong investor mencari perlindungan pada aset yang aman, dan emas adalah salah satu pilihan utamanya. Tiga kombinasi faktor ini diperkirakan akan menjadi katalis utama bagi harga emas untuk mencapai target tertingginya di semester kedua 2025.